
Menjadi anak yang berkenan di hadapan Tuhan dan orang tua adalah hal yang berbeda namun saling berkaitan. Berkenan di hadapan Tuhan belum tentu sama dengan berkenan di mata orang tua, begitu pula sebaliknya.
Kisah Yakub dan Esau menunjukkan hal ini. Ishak, ayah mereka, menghendaki Esau menerima berkat keturunan Abraham, sementara Ribka, ibu mereka, menginginkan Yakub yang menerimanya. Ini menunjukkan bahwa pandangan ayah dan ibu tentang perkenanan bisa berbeda.
Dari kisah tersebut, kita mungkin bingung siapa yang benar-benar mendapat perkenanan, apakah Ishak atau Ribka, Esau atau Yakub? Semua memiliki pandangan berbeda.
Pada akhirnya, Yakub menerima berkat dari Tuhan sebagai penerus Abraham, meskipun ia mendapatkannya dengan menipu Ishak.
Kamu mungkin bertanya, mengapa Tuhan berkenan pada Yakub yang menipu? Bukankah Esau, sebagai anak sulung, seharusnya menerima berkat? Namun, kehendak Tuhan berbeda dengan kehendak Ishak.
Ini menunjukkan bahwa pandangan perkenanan Tuhan dan manusia tidak selalu sama.
Perkenanan Tuhan Sebagai Prioritas Utama
Pernahkah kamu mendengar seseorang dari agama lain memutuskan untuk mengikut Yesus? Keputusan ini sering kali membuatnya tidak berkenan di hadapan orang tua.
Dalam iman Kristen, meninggalkan agama lain untuk mengikut Yesus adalah hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Namun, di sisi lain, hal tersebut mungkin tidak berkenan di mata orang tua.
Dari peristiwa ini, kita memahami bahwa berkenan di hadapan Tuhan tidak selalu berarti berkenan di hadapan orang tua. Jika kamu dihadapkan pada pilihan, mana yang akan kamu utamakan: berkenan di hadapan orang tua atau Tuhan?
Tuhan tidak memerintahkan manusia untuk menuruti semua perintah orang tua, melainkan untuk menuruti perintah-Nya. Perkenanan Tuhan lebih besar daripada perkenanan orang tua.
Meski begitu, menghormati orang tua tetaplah perintah Tuhan. Jadi, untuk berkenan di hadapan Tuhan, kamu juga harus menghormati orang tua.
Mengerti Perkenanan Tuhan
Saya ingin berbagi cerita tentang seorang pemuda bernama Budi. Budi baru saja menjadi warga negara Indonesia (awalnya Budi adalah warga negara Inggris) dan berkomitmen untuk mematuhi semua aturan di negara Indonesia.
Suatu hari, Budi mengendarai sepeda motor dan mengambil jalur kanan. Akibatnya, ia bertabrakan dengan seorang tukang becak yang datang dari arah berlawanan. Budi memarahi tukang becak tersebut karena menganggapnya salah jalur, bahkan melaporkannya ke polisi yang sedang berpatroli. Karena selama dia di Inggris, kendaraan bermotor mengambil jalur kanan.
Namun, Budi justru ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi karena melanggar aturan lalu lintas dengan mengambil jalur kanan. Polisi menjelaskan bahwa di Indonesia, kendaraan harus berjalan di jalur kiri berbada dengan negara Inggris.
Budi bersikeras bahwa ia tidak salah, karena kebiasaan sebelumnya selalu mengambil jalur kanan saat mengendarai kendaraan. Sayangnya, ketidaktahuannya tentang aturan tersebut membuatnya ditahan dan dipenjara. Budi yang berniat menjadi warga negara yang baik malah gagal karena tidak memahami aturan.
Dari cerita Budi, kita dapat mengambil pelajaran penting: untuk berkenan di hadapan Tuhan, kita harus mengetahui aturan-Nya.
Tidak mungkin kita dapat berkenan di hadapan Tuhan jika kita tidak tahu apa yang menjadi kehendak-Nya. Mulailah mempelajari Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh agar kita memahami cara hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Membaca seluruh isi Alkitab adalah kewajiban bagi kita yang ingin mengerti aturan Tuhan. Kita tidak akan mampu melakukan hal yang berkenan di hadapan Tuhan jika tidak mengetahui apa yang diperintahkan atau dilarang oleh-Nya.
Adalah hal yang keliru jika kita berkata ingin melakukan kehendak Tuhan tanpa mengetahui apa saja yang menjadi kehendak-Nya. Hal ini dapat menyebabkan kita secara tidak sengaja melanggar aturan Tuhan.
Sama seperti Budi yang gagal menjadi warga negara yang baik karena ketidaktahuan akan aturan lalu lintas, kita juga bisa gagal berkenan di hadapan Tuhan jika tidak memahami aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu, belajarlah Firman Tuhan agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Melakukan Segala Sesuatu untuk Tuhan
"Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa dari Tuhan kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuhan yang kamu layani."
- Kolose 3:23-24
Segala sesuatu yang kita lakukan, hendaknya dilakukan dengan segenap hati sebagai bentuk penghormatan dan persembahan kepada Tuhan. Dengan demikian, orang lain dapat melihat kemuliaan Tuhan melalui pekerjaan kita.
Tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil di hadapan Tuhan jika dilakukan untuk memuliakan-Nya. Tuhan melihat hati kita, bukan sekadar apa yang kita kerjakan.
Paulus mengingatkan bahwa Kristus adalah Tuhan yang kita layani. Ini berarti setiap tindakan kita seharusnya lebih dari sekadar menyelesaikan tugas, tetapi juga menjadi wujud nyata dalam memuliakan Tuhan.
Anggaplah setiap pekerjaan sebagai pelayanan kepada Tuhan. Dengan sikap hati yang benar, penuh syukur dan ketulusan, kita dapat menjalankan setiap tugas dengan sukacita.
Prinsipnya sederhana: lakukan segala sesuatu, baik itu makan, minum, belajar, menyapu, atau pekerjaan lainnya, dengan tujuan memuliakan Tuhan.
Dengan memahami prinsip ini, hidup kita akan dipenuhi semangat yang lebih tinggi, yaitu hidup untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk manusia.
Ketika kita bekerja dengan komitmen dan integritas, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga anak yang berkenan di hadapan Tuhan, memuliakan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Menghormati Orang Tua
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."
- Keluaran 20:12
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di negeri ini."
- Efesus 6:1-3
Menghormati orang tua adalah panggilan Tuhan yang melibatkan sikap hati, perkataan, dan tindakan. Ini mencakup ketaatan, mendengarkan nasihat, membantu mereka, dan menjaga hubungan yang baik.
Dalam 1 Timotius 5:8, kita diajarkan untuk merawat keluarga, termasuk orang tua. Merawat mereka adalah wujud kasih dan penghormatan, terutama saat mereka menua dan membutuhkan perhatian lebih.
Menghormati orang tua tidak hanya berlaku pada masa kecil, tetapi sepanjang hidup, termasuk dalam fase dewasa. Ini melibatkan menjaga komunikasi, menghargai keputusan mereka, dan memberikan perhatian, meskipun ada perbedaan pendapat.
Dalam Amsal 15:1, kita diingatkan bahwa jawaban lembut meredakan kegeraman. Menghormati orang tua berarti berbicara dengan bijak dan penuh kasih, bahkan saat ada ketidaksepakatan.
Janji Tuhan dalam Keluaran 20:12 memberikan berkat bagi mereka yang menghormati orang tua, berupa umur panjang dan kehidupan yang penuh kedamaian. Menghormati mereka juga berarti melibatkan doa, seperti yang diajarkan dalam 1 Timotius 2:1-2.
Hal kecil seperti mendengarkan, membantu pekerjaan rumah, atau menghabiskan waktu bersama adalah cara sederhana namun penuh makna untuk menunjukkan rasa hormat.
Dengan menghormati orang tua, kita tidak hanya menunjukkan kasih kita kepada mereka, tetapi juga ketaatan kepada Tuhan.
Menjadi anak yang berkenan di hadapan Tuhan dan orang tua adalah panggilan mulia. Berkenan di hadapan Tuhan harus menjadi prioritas utama.
Untuk mengetahui apa yang berkenan di hadapan Tuhan, kita perlu membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Dengan memahami kehendak Tuhan, kita dapat melakukan hal-hal yang memuliakan-Nya.
Melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, bukan untuk manusia, berarti selalu berusaha memuliakan Tuhan dalam setiap aktivitas kita, sehingga kemuliaan Tuhan terlihat oleh orang lain.
Menghormati orang tua adalah salah satu cara kita menunjukkan ketaatan kepada Tuhan. Orang tua adalah otoritas yang diberikan Tuhan dalam hidup kita. Penghormatan ini tercermin dalam perkataan, tindakan, dan sikap kita, seperti mendengarkan nasihat mereka, membantu saat mereka membutuhkan, dan menjaga hubungan yang baik.
Tanggung jawab untuk menghormati dan merawat orang tua tidak berhenti ketika kita dewasa. Sebaliknya, ini menjadi kesempatan untuk menunjukkan kasih kita dalam hal-hal praktis, termasuk menghadapi perbedaan pendapat dengan lembut dan penuh kasih.
Hal kecil seperti mendoakan orang tua dan meluangkan waktu bersama mereka juga merupakan bentuk penghormatan yang sangat berarti.
Dengan menghormati orang tua, kita memenuhi perintah Tuhan, menunjukkan kasih yang nyata, dan menerima janji berkat berupa kedamaian dan kehidupan yang diberkati.
Kiranya renungan ini menjadi berkat bagi kita semua. Amin.
Penulis: Noldi Krisandi