Untuk Memuliakan Tuhan
"Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku, yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan juga Kujadikan!"- Yesaya 43:7
Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk memuliakan-Nya.
Rasul Paulus juga mengingatkan kita dalam 1 Korintus 10:31, "Segala sesuatu yang kamu lakukan, lakukanlah itu untuk kemuliaan Allah." Ayat ini menegaskan bahwa segala aktivitas kita harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan.
Kolose 3:23-24 "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa dari Tuhan kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuhan yang kamu layani."
Ayat ini lebih spesifik, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan seharusnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Karena tujuan utama Tuhan menciptakan kita adalah untuk memuliakan-Nya.
Sudahkah kita menyadari bahwa kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan? Apakah kita melakukan segala sesuatu dalam hidup kita untuk memuliakan Tuhan, atau sekadar untuk memuaskan keinginan kita sendiri?
Saya memiliki sebuah cerita. Suatu hari, saat saya menjalankan misi di sebuah daerah terpencil, saya menyaksikan sesuatu yang sangat aneh.
Seorang anak muda di sana memiliki smartphone terjanggih pada masa itu. Saya pun bertanya-tanya, bagaimana bisa anak muda ini memiliki smartphone, padahal akses internet dan listrik saja belum tersedia di daerah tersebut?
Ternyata, seseorang memberi tahu saya bahwa anak muda itu sedang menjadi eksperimen seorang ahli IT. Dia sengaja diberikan smartphone untuk mengamati perilaku mereka saat menggunakannya.
Kami sangat terkejut ketika melihat anak muda itu menggunakan smartphone untuk membuka buah pala dan bahkan meletakkannya untuk mengganjal pintu.
Alat secanggih itu digunakan untuk hal yang begitu sederhana. Padahal, pembuat smartphone tidak menciptakan perangkat itu untuk membuka buah pala atau mengganjal pintu. Namun, jika dipikirkan, tentu saja hal itu masih bisa dilakukan dengan perangkat tersebut.
Kejadian ini membuat saya teringat bagaimana Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan memuliakan-Nya. Namun ironisnya, banyak manusia yang tidak sadar bahwa tujuan utama mereka adalah memuliakan Tuhan.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Artinya hati, jiwa, dan akal budi kita diciptakan untuk mengasihi Allah.
Jika kita gagal mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, artinya kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti halnya smartphone yang tidak berfungsi sesuai tujuannya.
Kembali ke cerita smartphone, karena anak muda itu tidak tahu cara menggunakan smartphone dengan benar, seorang ahli IT mengajarinya bagaimana cara menggunakannya dengan tepat. Setelah diajari, anak muda itu perlahan mulai menggunakan smartphone sesuai fungsinya.
Hal ini mirip dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk mengajar manusia bagaimana hidup memuliakan Tuhan. Yesus mengajarkan dan memberi teladan kasih sebagai cara hidup dalam memuliakan Tuhan.
Yesus datang ke dunia untuk memperbaiki hidup kita agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, hanya sebagian kecil dari manusia yang bersedia dan berusaha untuk hidup seperti Yesus.
Hidup serupa dengan Yesus sebenarnya adalah tujuan awal Tuhan menciptakan manusia. Jika kita melihat kehidupan Yesus, Dia selalu memuliakan Tuhan. Begitu pula seharusnya kehidupan kita sebagai manusia.
Hidup serupa dengan Yesus memiliki konsep yang sangat sederhana: lakukan segala sesuatu untuk Tuhan. Itu adalah kunci utamanya.
Ketika kita melakukan sesuatu, ingatlah bahwa hal itu harus memuliakan Tuhan. Misalnya, ketika kita makan, tujuan kita adalah untuk memuliakan Tuhan.
Contoh lainnya, ketika kita menyapu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh agar lingkungan menjadi bersih dan sehat. Hal yang sama berlaku saat kita bekerja, maka bekerjalah dengan sepenuh hati agar Tuhan dimuliakan melalui pekerjaan kita.
Ingatlah bahwa Tuhan tidak menyukai orang malas (Amsal 13:4). Bahkan, Tuhan memberi contoh semut merah yang rajin mengumpulkan makanan (Amsal 6:6-11). Dengan tidak malas saja, kita sudah memuliakan Tuhan.
Kita juga bisa memuliakan Tuhan dengan cara mengasihi. Firman Tuhan dengan jelas mengajarkan bahwa kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri.
Ketika kita menunjukkan kasih kepada sesama, itu juga merupakan bentuk memuliakan Tuhan.
Kolose 3:17 berkata, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."
Ayat ini menjadi penutup dari renungan kita kali ini. Kiranya Allah selalu dimuliakan dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.