Tujuan Tuhan Menciptakan Manusia

Penulis: Noldi Krisandi

seorang manusia memandang ke langit untuk mengerti tujuan Tuhan menciptakan manusia
"Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
- Kejadian 1:26

Dalam Kitab Kejadian 1:26, tertulis baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, kata "baiklah" dari kutipan ayat ini mempunyai makna tersirat bahwa Tuhan merencanakan penciptakan manusia sebelum Tuhan menciptakan hal lainnya.

Manusia sangat spesial karena Tuhan menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia terlebih dahulu, baru kemudian menciptakan manusia itu sendiri.

Bahkan, Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya. Ini menunjukkan betapa luar biasanya persiapan Tuhan dalam menciptakan manusia.

Lalu, apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan manusia?

Untuk Memuliakan Tuhan

"Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku, yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan juga Kujadikan!"- Yesaya 43:7

Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk memuliakan-Nya.

Rasul Paulus juga mengingatkan kita dalam 1 Korintus 10:31, "Segala sesuatu yang kamu lakukan, lakukanlah itu untuk kemuliaan Allah." Ayat ini menegaskan bahwa segala aktivitas kita harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan.

Kolose 3:23-24 "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa dari Tuhan kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuhan yang kamu layani."

Ayat ini lebih spesifik, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan seharusnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Karena tujuan utama Tuhan menciptakan kita adalah untuk memuliakan-Nya.

Sudahkah kita menyadari bahwa kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan? Apakah kita melakukan segala sesuatu dalam hidup kita untuk memuliakan Tuhan, atau sekadar untuk memuaskan keinginan kita sendiri?

Saya memiliki sebuah cerita. Suatu hari, saat saya menjalankan misi di sebuah daerah terpencil, saya menyaksikan sesuatu yang sangat aneh.

Seorang anak muda di sana memiliki smartphone terjanggih pada masa itu. Saya pun bertanya-tanya, bagaimana bisa anak muda ini memiliki smartphone, padahal akses internet dan listrik saja belum tersedia di daerah tersebut?

Ternyata, seseorang memberi tahu saya bahwa anak muda itu sedang menjadi eksperimen seorang ahli IT. Dia sengaja diberikan smartphone untuk mengamati perilaku mereka saat menggunakannya.

Kami sangat terkejut ketika melihat anak muda itu menggunakan smartphone untuk membuka buah pala dan bahkan meletakkannya untuk mengganjal pintu.

Alat secanggih itu digunakan untuk hal yang begitu sederhana. Padahal, pembuat smartphone tidak menciptakan perangkat itu untuk membuka buah pala atau mengganjal pintu. Namun, jika dipikirkan, tentu saja hal itu masih bisa dilakukan dengan perangkat tersebut.

Kejadian ini membuat saya teringat bagaimana Tuhan menciptakan manusia untuk tujuan memuliakan-Nya. Namun ironisnya, banyak manusia yang tidak sadar bahwa tujuan utama mereka adalah memuliakan Tuhan.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Artinya hati, jiwa, dan akal budi kita diciptakan untuk mengasihi Allah.

Jika kita gagal mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, artinya kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti halnya smartphone yang tidak berfungsi sesuai tujuannya.

Kembali ke cerita smartphone, karena anak muda itu tidak tahu cara menggunakan smartphone dengan benar, seorang ahli IT mengajarinya bagaimana cara menggunakannya dengan tepat. Setelah diajari, anak muda itu perlahan mulai menggunakan smartphone sesuai fungsinya.

Hal ini mirip dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk mengajar manusia bagaimana hidup memuliakan Tuhan. Yesus mengajarkan dan memberi teladan kasih sebagai cara hidup dalam memuliakan Tuhan.

Yesus datang ke dunia untuk memperbaiki hidup kita agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, hanya sebagian kecil dari manusia yang bersedia dan berusaha untuk hidup seperti Yesus.

Hidup serupa dengan Yesus sebenarnya adalah tujuan awal Tuhan menciptakan manusia. Jika kita melihat kehidupan Yesus, Dia selalu memuliakan Tuhan. Begitu pula seharusnya kehidupan kita sebagai manusia.

Hidup serupa dengan Yesus memiliki konsep yang sangat sederhana: lakukan segala sesuatu untuk Tuhan. Itu adalah kunci utamanya.

Ketika kita melakukan sesuatu, ingatlah bahwa hal itu harus memuliakan Tuhan. Misalnya, ketika kita makan, tujuan kita adalah untuk memuliakan Tuhan.

Contoh lainnya, ketika kita menyapu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh agar lingkungan menjadi bersih dan sehat. Hal yang sama berlaku saat kita bekerja, maka bekerjalah dengan sepenuh hati agar Tuhan dimuliakan melalui pekerjaan kita.

Ingatlah bahwa Tuhan tidak menyukai orang malas (Amsal 13:4). Bahkan, Tuhan memberi contoh semut merah yang rajin mengumpulkan makanan (Amsal 6:6-11). Dengan tidak malas saja, kita sudah memuliakan Tuhan.

Kita juga bisa memuliakan Tuhan dengan cara mengasihi. Firman Tuhan dengan jelas mengajarkan bahwa kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri.

Ketika kita menunjukkan kasih kepada sesama, itu juga merupakan bentuk memuliakan Tuhan.

Kolose 3:17 berkata, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."

Ayat ini menjadi penutup dari renungan kita kali ini. Kiranya Allah selalu dimuliakan dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Renungan Kasih dan Damai Sejahtera

salib mejadi simbol pentingnya mengasihi diri sendiri

Pentingnya Mengasihi Diri Sendiri

Ketika kita berhasil mengasihi diri sendiri maka kita akan berhasil mengasihi sesama manusia dan selalu hidup dalam damai.

salib di padang rumput mejadi simbol pentingnya Menjadi Pribadi Penuh Damai

Menjadi Pribadi Penuh Damai

Semua orang mencari kedamain, tetapi hanya sedikit yang mau menjadi sumber damai. Mari menjadi pribadi yang membawa kedamaian.

seseorang yang mendapatkan berkat kesejahteraan dari Tuhan

Selalu Hidup dalam Kesejahteraan

Siapa sih yang tidak ingin hidup sejahtera, mari belajar dari Firman Tuhan bagaimana cara untuk selalu hidup dalam kesejahteraan.

sekumpulan orang yang memandang salib agar dapat memberi karena kasih

Memberi karena Kasih

Memberi karena kasih bukan karena gengsi atau untuk investasi, memberi untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk dimuliakan Tuhan.


Renungan Keluarga Kristen

Gambar 1

Menjadi Ayah yang Berkenan

Sukses menjadi ayah yang berkenan di hadapan Tuhan sehingga bisa menjadi teladan dalam keluarga yang diberkati Tuhan.

Gambar 2

Menjadi Ibu yang Berkenan

Belajar menjadi ibu yang berkenan di hadapan Tuhan, karena kedamaian dalam keluarga berasal dari seorang ibu yang berkenan dihadapan Tuhan.

Gambar 3

Menjadi Anak yang Berkenan

Pentingnya menjadi anak yang berkenan di hadapan Tuhan dan orang tua sehingga hidup kita penuh damai dan sejahtera.

Gambar 4

Orang Tua Sebagai Teladan

Orang tua harus menjadi teladan bagi anak, karena anak adalah citra dari orang tua itu sendiri | Pentingnya perkenanan Tuhan


Renungan Mengerti Maksud Tuhan

Gambar 1

Makna Salib Yesus bagi Manusia

mengerti makna salib Yesus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hidup kita selalu berkenan di hadapan Tuhan dan menjadi berkat.

Gambar 2

Tujuan Manusia Diciptakan

Mengerti tujuan Tuhan menciptakan manusia, sehingga hidup kita sesuai dengan rancangan Tuhan yang penuh Damai Sejahtera.

Gambar 3

Maksud Tuhan dalam Kesesakan

Intropeksi diri apakah kesesakan yang kita alami karena rancangan Tuhan atau kesalahan kita, sehingga dapat menemukan maksud Tuhan.

Gambar 4

Berkat Sesungguhnya dari Tuhan

Mengerti berkat sesungguhnya yang diberikan Tuhan || Semua berkat dari Tuhan menciptakan Kedamaian dan Kesejahteraan.